PASANGAN HARMONI : TUGU PAL PUTIH PANGGUNG KRAPYAK
Tugu ini merupakan simbol dari tempat Alif Mutakallamin Wachid, Tuhan Yang Mahaesa. Segala pusat perhatian dan orientasi manusia dalam laku sembah dan aktivitas sehari-hari diarahkan senantiasa untuk mengingatkanNya. Inilah makna sentral pemusatan pikiran dan kehendak Raja yang duduk di Bangsal Manguntur Tangkil mengajak kawula untuk selalu ingat kepadaNya (manunggaling kawulo Gusti). Sultan sebagai Imam (Kalifathullah) wajib mengingatkan para kawula untuk selalu menembah dan eling kepada Tuhan sebagai Sangkan Paraning Dumadi, sebagai Sang Akarnya Jagad. Perasaan manusia yang dekat dengan Allah seakan-akan terciptanya satu kesatuan antara hamba dengan Al-Khalik, manunggaling kawula Gusti, Pancaran nur Ilahi yang ada dalam diri manusia sebagai karuniaNya, menciptakan getaran-getaran Ketuhanan yang muncul dari diri manusia. Segala ucapan dan tindakan yang diyakini hanyalah datang dari Allah dan tidak ada sesuatu yang terjadi atas diri manusia tanpa melibatkan kehendakNya.Adapun Panggung Krapyak terletak + 2 km sebelah selatan Keraton Yogyakarta. Panggung ini mempunyai bentuk seperti kastil dari batu bata yang menyerupai podium. Panggung Krapyak ini terletak di kampung Mijen yang dahulu digunakan Sultan sebagai panggung untuk melihat dan menonton ketangkasan para prajurit berburu menjangan. Panggung Krapyak menurut kepercayaan masyarakat Yogyakarta adalah tempat asal roh-roh, yakni roh suci yang atas perkenan Ilahi dihembuskan ke dalam badan besar seorang calon bayi dalam kandungan sang ibu. Sebelah utara panggung Krapyak terletak kampung Mijen (merupakan tempat tinggal abdi dalem Miji, dan pasukan Nyutra), yang berasal dari kata wiji, sebagai bukti atas makna simbolik panggung Krapyak. Wiji (benih) ini menggambarkan jiwa yang sudah menjadi wiji karena kekuasaan Tuhan.
Setelah sempurna rohani atau badan halus dalam bentuk pertemuan Wiji Siwi, maka kuasaNya Tuhan menciptakan badan jasmani manusia, yang terdiri dari 4 macam sari, yaitu air (toya), panas (grama), hawa (angin) dan daging (bumi). Keempat unsur ini bersatu yang melahirkan Daya Pramana yang bersemayam di jantung. Jantung ini mempunyai 3 daya yang disebut Tripusara, yang kemudian melahirkan Triloka (Ngendraloka, Guruloka dan Janaloka). Dalam Islam disebut Baital Makmur, Baital Mukaram, dan Baital Mukaddas.Pertemuan antara Wiji (benih) yang digambarkan antara Panggung Krapyak (sebagai gambaran yoni = alat kelamin wanita) dengan tugu pal putih sebelah utara keraton (sebagai perlambang palus = alat kelamin laki-laki) melahirkan manusia (sangkan paraning manungsa).


0 komentar:
Emoticon